Penulis : Azhari Roif

Banyak orang yang tetap keluar rumah meski jumlah pasien positif virus Corona di Indonesia mencapai 790 kasus per 25 Maret 2020.

(Ilustrasi: usatoday.com)

SURABAYA - Pandemi COVID-19 yang terus meluas ke berbagai negara saat ini tercatat mulai mewabah lebih dulu di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir Desember 2019. Di kota Wuhan ini terdapat sebuah pasar grosir makanan laut yang bernama pasar Huanan, sebuah pasar yang menjual bahan dasar olahan laut sekaligus hewan – hewan liar seperti kelelawar, tikus, ular, buaya, musang, salamander, dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak jenis hewan liar yang dijual di pasar ini, tikus dan ular ditengarai sebagai hewan yang paling berpotensi membawa virus Corona, sebuah virus yang menyerang sistem pernapasan manusia. Terbukti dengan hasil tes pada 41 pasien pneumonia – penyakit radang paru-paru – yang dilakukan pihak kesehatan pada tanggal 2 Januari 2020 menyatakan bahwa 2 dari 3 pasien tersebut pernah mengunjungi pasar Huanan. Banyaknya tikus dan ular yang dijual di pasar tersebut semakin mempercepat penyebaran virus Corona hingga akhirnya kota Wuhan pun harus di-lockdown oleh pemerintah pada tanggal 23 Januari 2020. Meskipun akses keluar masuk kota Wuhan diperketat, sayangnya tragedi ini terjadi di waktu yang tidak tepat karena China akan merayakan tahun baru Imlek yang mengakibatkan tingginya mobilisasi masing – masing penduduk. Ditambah dengan respon pemerintah China yang kala itu kurang sigap, menjadikan virus ini dapat lolos dan menyebar ke seluruh wilayah China bahkan dunia.

Pada awal Maret 2020 COVID-19 sudah banyak masuk ke negara – negara selain China, tak terkecuali Indonesia. Dua kasus positif Corona pertama di Indonesia dikonfirmasi oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020. Dua pasien ini terjangkit virus setelah mereka berinteraksi dengan warga negara asal Jepang di sebuah acara pertemuan dan dansa. Berdasarkan keterangan tersebut pemerintah kemudian melakukan penelusuran terhadap 80 orang lainnya yang hadir di acara itu dan didapatkan hasil bahwa dua orang diantaranya positif sehingga total menjadi empat kasus. Melihat jumlah kasus yang kian meningkat dari waktu ke waktu, pada 15 Maret 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, melalui pidatonya Jokowi menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan social distancing dan bekerja maupun belajar dari rumah. Dua himbauan itu diharapkan menjadi solusi ampuh untuk memutus rantai penyebaran virus Corona meskipun berbagai aspek kehidupan harus terkena dampaknya juga, misalnya kini pasar menjadi lebih sepi karena masyarakat mulai takut untuk berinteraksi dengan orang lain di luar rumah.

Salah satu hal yang paling terlihat untuk menyesuaikan diri dengan adanya himbauan itu adalah sistem pendidikan. Hampir semua instansi dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga universitas mulai memberlakukan sistem pembelajaran daring. Adanya sistem pembelajaran daring ini menjadikan pelajar maupun mahasiswa dapat tetap bersekolah atau berkuliah hanya dengan dari rumah. Tercatat sejak tanggal 16 Maret 2020 berbagai kampus di Surabaya seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Airlangga (UNAIR) telah melakukan kuliah maupun ujian secara daring. 

Fathur, salah satu mahasiswa ITS, mengatakan bahwa sisi positif dari kuliah daring adalah dapat lebih berkonsentrasi karena bisa dilakukan dimana saja atau tidak harus duduk di dalam kelas. Namun, sisi negatifnya adalah komunikasi antara mahasiswa dan dosen dapat terhambat oleh koneksi internet yang tidak stabil. Mahasiswa studi pembangunan itu juga menambahkan bahwa ia merasa mempunyai banyak waktu luang dengan adanya kuliah daring ini. Selain itu, ia juga memberikan saran untuk mencoba hobi baru seperti memasak dan membaca agar tidak bosan ketika melakukan isolasi mandiri. Meskipun himbauan untuk tetap di rumah selalu digencarkan pemerintah, tetapi beberapa individu harus berada di luar rumah karena berbagai alasan terutama alasan pekerjaan. Berikut adalah individu – individu dengan latar belakang pekerjaan berbeda yang berhasil kami wawancarai melalui media sosial.

  • Penyuluh Keluarga Berencana (KB)
Narasumber kami ini adalah seorang penyuluh KB yang setiap hari ia harus melakukan penyuluhan ke setiap kelurahan.Namun, keadaan darurat yang saat ini tengah terjadi mendorongnya untuk melakukan penyesuaian.

“Adanya kebijakan ini membuat saya harus berdiam diri di kantor pusat dan mengubah sistem penyuluhan menjadi sistem daring” ujarnya.

Ketika ditanya bagaimana cara mengatur atau memantau pekerjaannya, ia menjawab “Saya menunjuk orang kepercayaan di tiap-tiap kelurahan untuk memantau aktivitas para warga, terlebih lagi saya adalah penyuluh kesehatan, maka saya juga memberi himbauan kepada warga binaan saya untuk senantiasa menjaga kebersihan dan berdiam diri di rumah saja untuk sementara”.

Ia pun juga bercerita bahwa ia tetap harus pergi bekerja karena itu adalah kewajibannya. Namun, setelah pulang bekerja ia akan melakukan isolasi mandiri di rumah. Secara keseluruhan menurutnya kebijakan social distancing dan isolasi mandiri merupakan langkah yang tepat karena dapat memutus rantai penyebaran virus itu sendiri.

  • Guru
Seperti sebelumnya, seorang guru di kota Madiun juga mengatakan hal yang senada, “Ya, benar. Guru masih bekerja di luar rumah. Saat ini masih belum ada petunjuk penundaan pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun (PAT). Sehingga siswa kelas 6 dan kelas 9 tetap masuk karena melaksanakan PAT”. Terkait kebijakan terhadap guru yang masih bekerja di lapangan, ia juga menambahkan “Kami tetap patuh, karena dari Dinas Pendidikan dan Pemerintah kota Madiun belum memberikan juknis terkait guru yg bekerja di rumah tetapi hal tersebut dapat disiasati dengan pemberlakuan piket harian, sehingga setiap guru tidak harus masuk setiap hari”.

Dalam memantau dan mengatur pekerjaannya, ia tetap melakukannya seperti biasa tetapi lebih berfokus kepada hal – hal yang dilarang selama social distancing misalnya menjaga jarak dengan orang lain. Selain itu, ia juga mempunyai alternatif seperti memberikan tugas daring kepada siswa.

  • Ojek Daring
Namanya adalah Qudwah, seorang pengendara ojek daring yang tetap berkeliling kota Surabaya untuk mencari sesuap nasi meskipun di luar sana virus Corona dapat mengintainya kapan saja. Berbicara tentang social distancing dan isolasi mandiri, narasumber kami ini merasa bahwa dampak dari dua kebijakan itu ada positif dan negatifnya. Secara pribadi ia mengatakan bahwa dua kebijakan tersebut tergolong bagus karena bertujuan untuk menghindari COVID-19 yang sedang mewabah. Di sisi lain ia juga berkata “Dampaknya ? Sangat negatif haha. Apalagi kami yang setiap hari berdekatan dengan orang lain (penumpang) yang ada di jok belakang. Order an semakin sepi sehingga kemungkinan kecil untuk mendapat penghasilan seperti hari – hari biasanya”

Dalam kondisi yang harus dekat dengan orang lain, langkah aman yang dapat dilakukan menurutnya adalah dengan menyediakan hand sanitizer ke penumpang, atau penumpang yang meminta kepada pengendara. Qudwah juga bercerita bahwa dirinya harus memutar otak untuk menghadapi situasi yang demikian, ia menyarankan agar tidak berputar terlalu jauh meskipun tujuannya mencari penumpang. Baginya cukup diam di area yang banyak orang memesan makanan secara daring tetapi tetap menjaga jarak dengan pengendara lainnya.

Di akhir, pengendara ojek daring ini berujar “Bagaimanapun juga kami harus siap fisik dan mental menghadapi virus. Kebersihan itu harus dijaga oleh setiap pengendara agar bisa mengantarkan pesanan makanan untuk mereka yang takut keluar rumah”.

  • Tenaga Kesehatan
Sebagai seorang tenaga kesehatan di kota Surabaya, salah satu narasumber kami yang bernama Lukti menyayangkan atas sebagian masyarakat yang berpikir bahwa hidup ini urusan Tuhan jadi lebih baik santai saja. Ia menganggap sikap yang demikian sangatlah egois karena tidak memperhatikan orang lain yang masih ingin hidup. Di lain waktu setelah pulang bekerja ia juga sering melihat beberapa tempat kongkow masih ramai akan pengunjung. Menurutnya hal itu sah – sah saja asalkan semua pengunjung tetap menerapkan social distancing. Tidak seperti yang lain, apa yang dirasakan Lukti selama bekerja pun cukup mengkhawatirkan.

“Ketakutan sih jujur ada. Takut kena juga, karena saat ini kita sedang berhadapan dengan lawan yang tak tampak. Juga untuk usia muda, bukan berarti tidak akan kena. Justru usia muda kebanyakan tidak menampakkan gejala tetapi berpotensi menularkan” ungkap Lukti.

Menurut Lukti pola hidup dan asupan perlu menjadi perhatian penting untuk menghadapi kondisi seperti itu.

Dari berbagai cerita di atas dapat dikatakan bahwa masih ada beberapa orang yang tetap bekerja di luar rumah karena hal itu adalah kewajibannya. Namun, kewajiban dalam menjalankan tugas tetap diiringi dengan langkah yang hati – hati, seperti tetap menjaga jarak, membawa hand sanitizer, dan lebih memerhatikan pola hidup maupun asupan. Terakhir, harapan semua orang tentu sama yaitu agar pandemi ini segera berakhir sehingga dapat beraktivitas seperti sedia kala. (AR/SAYAT)